TIMES REMBANG, REMBANG – Rembang, Jawa Tengah – Dikenal dengan julukan "Tiongkok Kecil" dan "Kota Garam," Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menjelma menjadi salah satu pusat perekonomian penting di jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Dengan luas wilayah 1.036 kilometer persegi dan perkiraan populasi mencapai 635.483 jiwa, Rembang bukan hanya sekadar jalur perlintasan, tetapi juga destinasi wisata yang menyimpan kekayaan alam dan sejarah yang memukau.
Rembang menawarkan kontras pemandangan yang jarang ditemui. Di satu sisi, wisatawan akan dimanjakan oleh deretan pantai berpasir putih yang memikat. Berbeda dengan kesan pantai yang panas, pesisir Rembang justru terasa sejuk berkat pohon-pohon rindang di tepiannya, menjadikannya lokasi ideal untuk rekreasi dan melepas penat.
Di sisi lain, saat menengok ke timur, mata akan disambut oleh deretan pegunungan hijau yang membentang luas, menciptakan suasana asri dan menyejukkan. Momen matahari terbit dan terbenam dari bibir pantai Rembang menyajikan kolase warna lembayung senja yang memantul cantik di permukaan laut, seringkali ditemani perahu nelayan lokal yang baru kembali melaut.
Rembang juga dikenal sebagai Kota Ibu Kartini, menjadikannya tempat wajib bagi para pelancong pencinta sejarah. Kabupaten ini adalah saksi bisu perjuangan RA Kartini, yang memilih kota ini sebagai persinggahan terakhirnya.
Masjid Agung Lasem merupakan masjid bersejarah dan cagar budaya di Rembang yang didirikan sekitar tahun 1588. (Foto: Radar Kudus/VACHRI RINALDY L)
Berbagai situs sejarah dapat dijelajahi, termasuk:
• Museum Kartini: Terletak di pinggir jalan Pantura, museum ini menyimpan apik peninggalan dan barang-barang pribadi Kartini.
• Sekolah Kartini: Berlokasi di kompleks kantor Kabupaten Rembang, bangunan tua ini adalah saksi perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak kesetaraan perempuan sejak tahun 1912.
• Situs sejarah lain seperti Tiongkok Kecil Heritage, Makam Sunan Bonang, Perahu Kuno, dan Lawang Ombo turut memperkaya narasi sejarah kota ini.
Sesuai peribahasa "Sekali mendayung dua pulau terlampaui," kunjungan ke Rembang tak lengkap tanpa mencicipi kuliner legendarisnya. Selain batik dan garam, Rembang kaya akan makanan khas seperti dumbeg, sate serepeh, urap latoh, kawista, dan yang paling diminati: Lontong Tuyuhan.
Lontong Tuyuhan, yang namanya diambil dari Desa Tuyuhan di Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, memiliki bentuk unik: segitiga. Bentuk ini membedakannya dari lontong pada umumnya. Keistimewaan utama kuliner ini terletak pada kuahnya yang gurih-gurih pedas dan berbeda dari kuah opor ayam biasa, bahkan membuat banyak pengunjung rela menghabiskan kuahnya terlebih dahulu.

Salah satu warung legendaris yang mempertahankan resep otentik adalah Lontong Tuyuhan Sabit milik Qonidah, yang telah beroperasi turun-temurun sejak tahun 1986. Dengan harga terjangkau, sekitar Rp 20.000 per piring, kelezatan Lontong Tuyuhan mampu memikat lidah wisatawan.
Saat menyantap Lontong Tuyuhan langsung di Desa Tuyuhan, pembeli akan disuguhi pemandangan hijau petak-petak sawah dan gunung yang memukau. Akses jalan yang kini telah diperbaiki oleh pemerintah setempat semakin mempermudah wisatawan untuk menikmati sajian ini ditemani udara sejuk dan sepoi-sepoi, bahkan seringkali dipadukan dengan kesegaran es kelapa muda dingin.
"Belum dapat dikatakan ke Rembang jika belum mencoba lontong tuyuhan," menjadi ungkapan yang populer di kalangan wisatawan, menegaskan posisi kuliner ini sebagai ikon yang tak terpisahkan dari Kabupaten Rembang.(*)
| Pewarta | : Ezra Vandika |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |