TIMES REMBANG, JAKARTA – Upaya operasi pencarian dan pertolongan terhadap para korban Bencana Sumatera dipercepat, dan saat ini jumlah korban meninggal dunia tecatat 1059 orang, 192 orang lainnya masih hilang.
Tim gabungan di bawah koordinasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyatakan, selain operasi pencarian dan pertolongan terhadap korban dipercepat, juga diintensifkan pemulihan akses dan infrastruktur terdampak, serta distribusi bantuan dan penanganan pengungsi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D. juga mengabarkan melalui website BNPB, dampak bencana di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara masih cukup besar.
Data terbaru mencatat adanya penambahan 5 korban meninggal dunia di Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga total korban meninggal dunia di Kabupaten Tapanuli mencapai 360 jiwa.
Selain korban jiwa, bencana juga mengakibatkan warga harus mengungsi yang jumlahnya mencapai 21.579 jiwa, dengan konsentrasi terbesar berada di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 10.887 jiwa dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 5.197 jiwa.
Empat Sektor Prioritas
Seiring dengan proses pendataan yang terus dilakukan oleh BNPB, operasi pencarian dan pertolongan (SAR) juga masih berlangsung di empat sektor prioritas, yakni di Kecamatan Sibabangun dan Aloban Bair di Kabupaten Tapanuli Tengah, Desa Garoga Kecamatan Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, serta wilayah Pancuran Gerobak di Kota Sibolga.
Tim SAR gabungan melakukan percepatan pencarian, namun mereka tetap memperhatikan faktor keselamatan personel dan kondisi cuaca di lapangan.
Pada aspek penanganan infrastruktur, BNPB bersama TNI dan Kementerian Pekerjaan Umum melakukan percepatan pemulihan akses darat yang terdampak bencana.
Akses utama yang menghubungkan Kota Padangsidimpuan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga kini telah kembali bisa dilalui kendaraan setelah rampungnya pemasangan Jembatan Bailey di Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Jembatan yang menjadi prioritas utama tersebut telah mencapai progres 100 persen dan berfungsi secara optimal untuk mendukung mobilitas masyarakat dan distribusi logistik.
Untuk mendukung percepatan penanganan di berbagai wilayah terdampak, sebanyak 115 unit alat berat telah dikerahkan.
Alat berat tersebut digunakan untuk pembersihan material longsor, normalisasi alur sungai, serta perbaikan badan jalan. Konsentrasi alat berat terbanyak berada di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 54 unit dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 32 unit.
Dari sisi permukiman, dampak kerusakan rumah akibat bencana tercatat cukup signifikan.
Total rumah rusak di Provinsi Sumatera Utara mencapai 28.708 unit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.158 unit masuk kategori rusak berat, dengan 1.068 unit di antaranya dilaporkan hilang atau hanyut terbawa banjir.
Kabupaten Langkat menjadi wilayah dengan jumlah rumah rusak terbanyak, yakni 11.273 unit, disusul Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 6.481 unit dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 4.624 unit.
Sebagai bagian dari percepatan penanganan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal, BNPB bersama pemerintah daerah terus menyiapkan pembangunan Hunian Sementara (Huntara).
Pembangunan Huntara di Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 102 unit telah dimulai sejak Sabtu (13/12/2025) lalu.
Sementara itu, di Kabupaten Tapanuli Selatan telah disepakati lokasi relokasi di lahan milik PTPN IV Kebun Batang Toru dan Kebun Hapesong untuk rencana pembangunan 488 unit Huntara.
Dalam mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan dasar dan pengurangan risiko lanjutan, BNPB juga terus menyalurkan bantuan logistik ke wilayah terdampak.
Hingga saat ini, bantuan seberat 1,93 ton telah didistribusikan melalui empat sorti penerbangan menggunakan helikopter TNI dan BNPB dari Lanud Silangit menuju Kabupaten Tapanuli Tengah.
Selain itu, upaya mitigasi melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) masih dilaksanakan dengan mengoperasikan dua pesawat sejak 7 Desember hingga 16 Desember. Total bahan semai yang digunakan mencapai 56.000 kilogram guna mengurangi intensitas hujan di wilayah terdampak.
BNPB memastikan koordinasi lintas kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah terus dilakukan secara terpadu untuk mendukung percepatan penanganan darurat dan pemulihan pascabencana, sehingga kebutuhan dasar masyarakat terdampak dapat terpenuhi secara bertahap.
Dominasi Hidrometeorologi
Dalam buletin info bencana November 2025, BNPB juga mengabarkan, selama November 2025 terjadi 274 kejadian bencana di Indonesia, yang didominasi bencana hidrometeorologi sebesar 98,91%, sementara bencana geologi hanya 1,09%.
Bencana hidrometeorologi basah lebih mendominasi dengan 248 kejadian (90,51%), terutama banjir sebanyak 163 kejadian, diikuti cuaca ekstrem 63 kejadian, tanah longsor 19 kejadian, serta gelombang pasang dan abrasi masing-masing tiga kejadian.
Bencana hidrometeorologi kering tercatat 23 kejadian (8,39%), didominasi kebakaran hutan dan lahan sebanyak 20 kejadian serta kekeringan tiga kejadian.
Sementara itu, bencana geologi yang terjadi meliputi satu kejadian gempa bumi dan dua kejadian erupsi gunung api.
Saat ini akibat bencana hidrometeorologi di Sumatera, pencarian korban dipercepat, dan BNPB bersama tim gabungan juga megintensifkan pemulihan akses diintensifkan disaat yang sama korban meninggal terus bertambah setelah tim SAR menemukan beberapa jenazah dari timbunan lumpur. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pencarian dan Pertolongan Korban Bencana Sumatera Dipercepat, Korban Meninggal Capai 1059
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ronny Wicaksono |