https://rembang.times.co.id/
Berita

Makam Mbah Tuan, Jejak Sejarah Islam yang Terlupakan di Desa Banyudono Rembang

Kamis, 18 Desember 2025 - 20:32
Makam Mbah Tuan, Jejak Sejarah Islam yang Terlupakan di Desa Banyudono Rembang Makam Mbah Tuan (Mbah Abdurrohman), yang berada di Desa Banyudono, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. (Foto: Ezra Vandika/TIMES Indonesia)

TIMES REMBANG, REMBANG – Tersembunyi di Desa Banyudono, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, terdapat sebuah situs bersejarah berupa Makam Mbah Tuan atau yang dikenal sebagai Mbah Abdurrohman. Makam ini diperkirakan berasal dari rentang tahun 1200 hingga 1400 Masehi, sebuah era yang menandakan keberadaan sejarah ratusan tahun silam, bahkan dikaitkan dengan masa awal perkembangan Islam di tanah Jawa.

Bambang Puji Raharjo, pengelola makam sekaligus mantan Kepala Desa Banyudono, mengisahkan bahwa perawatan makam ini telah berlangsung turun-temurun. Pada tahun 1985-1986, makam ini rutin dibersihkan oleh Mbah Kandar dari Desa Bogoharjo. Setelah beliau wafat, tongkat estafet perawatan dilanjutkan oleh Mbah Wondo, warga Desa Telogomojo, Rembang.

Titik balik perhatian terhadap makam ini terjadi sekitar tahun 2001-2002. Saat itu, pada sebuah malam Jumat, Bambang didatangi oleh seorang ulama asal Jepara bernama Kiai Shobib. Kedatangan tamu tersebut membawa pesan penting mengenai keberadaan makam sesepuh yang ada di desanya tersebut.

Bambang-Puji-Raharjo.jpg

Mencari kemantapan hati, Bambang kemudian berkonsultasi kepada Mbah Kholil di Desa Lengkong, Kecamatan Batangan, Pati. Dalam pertemuan tersebut, Mbah Kholil menitipkan pesan mendalam agar makam itu senantiasa dirawat. "Piye ae yen semende uwit gede iku adem, aku titip di uri-uri (Bagaimana pun bersandar di pohon besar itu dingin/teduh, saya titip untuk dirawat dan dibersihkan)," kenang Bambang menirukan ucapan Mbah Kholil.

Kini, kondisi makam tampak lebih tertata meski lokasinya tak jauh dari jalan raya. Area utama makam Mbah Tuan ditutup dengan kain putih dan dikelilingi pagar. Lantainya telah dikeramik hijau, senada dengan warna cat temboknya. Menariknya, pagar makam tersebut konon dibangun oleh KH. Bisri Mustofa, pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, sementara bangunan utamanya didirikan oleh H. Suyoto.

Makam yang berdiri di atas lahan berukuran 10×25 meter ini menyimpan nilai sejarah yang tinggi. Mbah Tuan diyakini sebagai tokoh penyebar agama Islam yang memiliki hubungan silsilah dengan Sunan Kalijaga. Dikisahkan bahwa beliau wafat di Desa Banyudono saat tengah dalam perjalanan menuju arah timur untuk menemui Sunan Bonang.

Makam-Mbah-Tuan-2.jpg

Selain jenazah Mbah Tuan, di lokasi tersebut diyakini juga terkubur kuda serta pusaka milik beliau. Sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasanya, setiap malam Jumat di bulan Rajab, warga mengadakan Haul Mbah Tuan dengan menyajikan hidangan tradisional berupa nasi uduk, ayam ingkung, dan tempe yang disajikan di atas alas daun jati.

Ke depan, Makam Mbah Tuan diharapkan tidak hanya menjadi tempat ziarah bagi warga setempat, tetapi juga menjadi titik terang cikal bakal Desa Banyudono. Bambang berharap situs ini dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata religi "Tambak Omben" dan mengajak seluruh warga untuk bahu-membahu menjaga warisan sejarah ini.

Pewarta : Ezra Vandika
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Rembang just now

Welcome to TIMES Rembang

TIMES Rembang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.