TIMES REMBANG, REMBANG – Bagi para pecinta kuliner tradisional, Dumbek merupakan primadona jajanan khas Kabupaten Rembang yang unik. Namun, di balik rasa manis dan teksturnya yang kenyal, terdapat rahasia penting pada bungkusnya.
Fajar, seorang penjual dumbek asal Desa Pedak, Kecamatan Sulang, menegaskan bahwa hanya daun lontar yang paling cocok digunakan untuk membungkus kudapan berbentuk kerucut tersebut.
Bukan tanpa alasan, penggunaan daun lontar ini berkaitan erat dengan aroma yang dihasilkan. Daun lontar memiliki aroma harum yang sangat khas dan tidak dimiliki oleh jenis daun lainnya. Karakteristik inilah yang membuat masyarakat sejak zaman dahulu tetap setia menggunakan daun lontar sebagai pembungkus utama agar cita rasa dumbek tetap autentik.
Fajar menceritakan bahwa dirinya sempat mencoba berinovasi dengan menggunakan media pembungkus lain, seperti daun pisang. "Dulu pernah membungkus pakai daun pisang dibuat kerucut terompet, tapi rasanya agak aneh. Padahal bahan adonan dan cara masaknya sama persis," ungkap Fajar saat memberikan keterangan kepada wartawan TIMES Indonesia.

Tak hanya daun pisang, berbagai jenis daun yang memiliki tekstur serupa dengan lontar pun pernah diuji coba. Namun, hasilnya selalu nihil. Menurut Fajar, belum ada satu pun material alami yang mampu menandingi keselarasan rasa yang tercipta antara adonan dumbek dengan balutan daun lontar.
Tradisi membungkus dengan daun lontar ini ternyata memiliki akar sejarah yang kuat. Berdasarkan keterangan turun-temurun, teknik ini sudah ada sejak abad ke-15 hingga ke-16 di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah tersebut dulunya merupakan pusat dakwah para wali, yang kemudian turut memengaruhi budaya kuliner masyarakat setempat hingga saat ini.
Ketersediaan bahan baku juga menjadi alasan mengapa tradisi ini awet di Rembang. Sebagai daerah pesisir, pohon lontar sangat mudah ditemui. Keberadaan pohon-pohon ini sangat mendukung produktivitas para pembuat dumbek karena akses bahan baku yang dekat dan melimpah.
Selain faktor bahan, estetika dumbek juga terletak pada kemahiran tangan pengrajinnya. Membuat bentuk kerucut dengan cara memutar daun lontar membutuhkan kreativitas dan ketelatenan tinggi. "Membuat bentuk kerucut yang diputar-putar seperti ini butuh kreativitas tangan supaya hasilnya lebih bagus dan rapi," tambah Fajar.

Meski terkadang terjadi sedikit perubahan rasa karena faktor musim, para pemburu jajanan tradisional tetap setia mencari dumbek. Aroma khas daun lontar yang meresap ke dalam adonan tetap menjadi daya tarik utama yang membuat pelanggan selalu kembali.
Proses pengambilan daun lontar pun dilakukan secara manual. Paelan (45), saudara Fajar, menjelaskan bahwa dirinya kerap memanen daun tersebut saat memanjat pohon untuk mengambil air legen. Jika sudah waktunya, ia juga sekaligus memanen buah siwalan yang sudah matang.
Pohon lontar atau siwalan memang dikenal sebagai pohon multifungsi bagi warga Rembang. Hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan:
• Daun: Digunakan sebagai pembungkus utama dumbek.
• Buah: Dikonsumsi sebagai buah siwalan yang segar.
• Batang (Nira): Menghasilkan air legen yang manis dan menyegarkan. (*)
| Pewarta | : Ezra Vandika |
| Editor | : Faizal R Arief |