TIMES REMBANG, LASEM – Dalam upaya melestarikan dan mengenang kisah tokoh bersejarah di Lasem, sebuah pameran khusus yang didedikasikan untuk perjalanan hidup Oei Tjoen San digelar di Sekolah Nyah Lasem, pada Sabtu (13/12/2025). Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat sekaligus penggagas ide berdirinya Museum Nyah Lasem yang berlokasi di Karangturi V no. 2, Lasem, Kabupaten Rembang.
Pameran ini menyoroti kehidupan Oei Tjoen San, yang lahir pada 12 November 1903 dan wafat pada usia 69 tahun karena penyakit liver, dimakamkan pada 12 Mei 1972. Semasa hidupnya, Oei Tjoen San dikenal sebagai sosok yang aktif dalam dunia usaha:
Ia pernah mengelola bisnis rokok di Bali bersama saudara iparnya. Oei Tjoen San juga meneruskan usaha batik Lasem milik keluarga istrinya, Tjan Trima Nio (Nyah Lasem).
Frida Tan, Pewaris Tradisi Batik Lasem
Perjalanan hidup Oei Tjoen San kini dikenang oleh anak kandungnya, Frida Tan, yang berasal dari Karangturi. Frida menikah dengan Oei Tjien Hoen dan meneruskan warisan budaya Lasem.

Saat suaminya meninggal, di usianya yang ke-20 tahun, Frida langsung mengambil peran sebagai pengusaha batik Lasem. Ia belajar membatik dari ibu mertuanya, sebuah proses yang menggarisbawahi tradisi kerja rumahan dan koneksi keterampilan perempuan lintas generasi. Usaha batik yang ikonik saat itu dikenal dengan nama "Batik Dua Putri".
Namun, bisnis batik tersebut tutup pada dekade 1980-an hingga akhir 1990-an. Selama periode itu, Frida sempat beralih profesi dengan mencari sarang burung walet. Setelah kematian suaminya, Frida Tan masih menetap di rumah keluarga di Soditan, Lasem, hingga pameran ini berlangsung.
Penguatan Sejarah Melalui Pameran dan Pelatihan
Agik NS, selaku penggagas ide pendirian Museum Nyah Lasem, menjelaskan bahwa pameran ini adalah puncak dari serangkaian kegiatan edukatif.
"Acara ini kita rancang selama 1 bulan lebih, dengan pembekalan dan pelatihan terhadap anak didik yang diikuti sekitar 10 orang, baik dari wilayah Lasem sendiri dan 2 dari wilayah Blora, untuk mengenal lebih dekat tentang Museum Nyah Lasem," ujar Agik NS.
Pameran peserta yang diadakan di Sekolah Nyah Lasem ini bertujuan untuk memberikan pelajaran dan pelatihan tentang kisah-kisah keluarga, apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tujuan dari pelestarian sejarah.
Agik berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut, memastikan bahwa generasi penerus tidak melupakan sejarah dan warisan budaya Lasem.
"Kita sudah tahu Lasem merupakan sejarah dan istimewa, di samping fesel dan merupakan rumah keluarga yang memberikan sejarah dari seorang ibu, dengan cerita dan bangga terhadap Lasem, dan ini merupakan spirit dan simbol yang harus dijaga dan dirawat oleh penerusnya," pungkas Agik NS, menekankan bahwa Lasem adalah rumah keluarga yang sarat makna dan kebanggaan. (*)
| Pewarta | : Ezra Vandika |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |