https://rembang.times.co.id/
Berita

Pantai Selatan Pacitan, Magnet Wisata yang Diuji Risiko saat Nataru

Senin, 15 Desember 2025 - 12:05
Pantai Selatan Pacitan, Magnet Wisata yang Diuji Risiko saat Nataru Pantai Klayar menjadi destinasi utama kunjungan wisatawan saat liburan Nataru namun juga menjadi zona risiko. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES REMBANG, PACITAN – Pantai selatan wilayah Kabupaten Pacitan kembali menjadi magnet utama wisata saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025. Namun, di balik pesonanya, kawasan pesisir ini juga menyimpan risiko tinggi. 

Deretan kecelakaan laut yang menelan korban jiwa sepanjang 2025 menjadikan pantai selatan sekaligus sebagai zona risiko yang menjadi ujian serius pengamanan Nataru.

Sepanjang 2025, kecelakaan laut di sejumlah pantai Pacitan kembali terjadi. Korbannya bukan hanya wisatawan, tetapi juga warga lokal.

Deretan Insiden Laut Sepanjang 2025

Catatan kecelakaan laut selama 2025 terdapat pola yang nyaris serupa. Banyak korban terseret ombak di area yang tampak tenang, terutama di sekitar muara sungai.

Pada April 2025, tiga wisatawan asal Ponorogo dilaporkan meninggal dunia setelah tenggelam di muara sungai dekat Pantai Soge. Mereka berenang di titik yang secara kasat mata terlihat aman, padahal menyimpan arus kuat yang sulit dilawan.

Tragedi lebih besar terjadi dua bulan kemudian. Pada Juni 2025, empat wisatawan asal Mojokerto terseret ombak di muara Pantai Pancer Door. Satu korban ditemukan lebih awal dalam kondisi meninggal, sementara tiga lainnya baru ditemukan setelah pencarian intensif tim SAR gabungan—semuanya tak tertolong.

Risiko laut tidak hanya mengintai wisatawan. Pada Oktober 2025, seorang nelayan dilaporkan tewas setelah perahunya terbalik dihantam gelombang tinggi di perairan Pantai Wawaran.

Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar menyebut, angka korban meninggal akibat kecelakaan laut di wilayah Pacitan sudah berada di level yang mengkhawatirkan.

“Dalam enam bulan terakhir saja, sudah ada sekitar sembilan wisatawan yang meninggal akibat kecelakaan laut di kawasan selatan Pacitan,” ujar Ayub.

Data tersebut memperlihatkan bahwa kecelakaan laut bukan peristiwa kebetulan. Polanya berulang, lokasinya cenderung sama, dan risikonya terus mengintai setiap musim liburan.

Wisata Meningkat, Risiko Tak Banyak Berkurang

Di saat catatan keselamatan belum menunjukkan tren penurunan, lonjakan wisatawan justru diprediksi meningkat tajam.

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Pacitan memproyeksikan jumlah kunjungan selama Nataru 2025 berada di kisaran 100 ribu hingga 150 ribu wisatawan, dengan destinasi pantai tetap menjadi magnet utama.

Situasi ini menciptakan paradoks. Arus wisata naik, sementara risiko di laut masih tinggi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Polres Pacitan mengerahkan 457 personel gabungan dari Polri, TNI, SAR, Dinas Perhubungan, tenaga kesehatan, hingga relawan. 

Mereka disebar di pos pengamanan, pos pelayanan, dan pos pantau, terutama di enam destinasi favorit seperti Pantai Klayar, Goa Gong, Pantai Watukarung, Pantai Teleng Ria, Pantai Pidakan, dan Pemandian Banyu Anget.

Kabag Ops Polres Pacitan Kompol Sukinto Herman menegaskan, pengamanan Nataru tidak hanya soal arus lalu lintas.

“Pengamanan bukan hanya soal lalu lintas. Ini juga tentang pelayanan masyarakat dan mitigasi risiko kecelakaan wisata,” kata Herman, Senin (15/12/2025). 

Namun, tantangan terberat tetap berada di laut dan merupakan wilayah yang sulit diprediksi sehingga membutuhkan pengawasan dengan keahlian khusus.

Lifeguard Disiagakan

Disparbudpora Pacitan mengakui, aspek keselamatan pantai memang menjadi perhatian utama menjelang Nataru. 

Kepala Bidang Pengembangan SDM dan Pemasaran Pariwisata Disparbudpora Pacitan, Rahmad Adi Mandego, menyebut pihaknya telah menyiapkan sumber daya manusia di lapangan.

“Kami sudah melatih sekitar 50 lifeguard untuk meningkatkan kemampuan penjaga pantai,” ujarnya. 

Pelatihan itu mencakup teknik penyelamatan korban tenggelam hingga pemahaman karakter ombak pantai selatan. Harapannya, wisatawan merasa lebih aman saat berkunjung.

Meski demikian, tingkat kepatuhan wisatawan acapkali patut menjadi catatan tersendiri.  Banyak korban kecelakaan laut tercatat berenang di zona terlarang atau mengabaikan peringatan petugas.

“Kepatuhan wisatawan masih jadi tantangan. Pantai selatan tidak bisa dihadapi dengan asumsi aman,” ujar penjaga Pantai Banyu Tibo, Kateni. 

Pengawasan Pedagang dan Sisi Ekonomi Wisata

Selain keselamatan, Disparbudpora juga melakukan pengawasan terhadap pedagang di kawasan wisata. Fokusnya mencakup keamanan pangan dan stabilitas harga.

“Kami sudah mengingatkan pedagang soal keamanan pangan, seperti masa kedaluwarsa, dan juga standar harga. Jangan sampai ada praktik menaikkan harga di luar kewajaran,” jelas Ego.

Penataan area pedagang pun terus dibenahi agar kawasan wisata tetap tertib dan nyaman.

Peningkatan Kewaspadaan Menjelang Puncak Liburan

Deretan kecelakaan laut sepanjang 2025 menjadi alarm keras menjelang puncak libur Nataru. Tanpa edukasi yang lebih agresif, sistem peringatan dini yang efektif, serta pengawasan ketat di zona berbahaya, lonjakan wisata berisiko kembali diiringi tragedi.

Oleh sebab itu, pantai selatan Pacitan selain menawarkan keindahan yang memikat, namun juga menyimpan ancaman yang tidak memberi ruang negosiasi.

Di titik inilah, keselamatan wisatawan seharusnya tidak lagi ditempatkan sebagai pelengkap pariwisata, melainkan fondasi utama dari sukses atau gagalnya musim liburan Nataru 2025. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Rembang just now

Welcome to TIMES Rembang

TIMES Rembang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.