https://rembang.times.co.id/
Berita

Kisah Kiai Luqman Pacitan Temukan Lagi Wirid Istighotsah Langka Karya KH Hasyim Asy’ari

Selasa, 19 Agustus 2025 - 09:50
Kisah Kiai Luqman Pacitan Temukan Lagi Wirid Istighotsah Langka Karya KH Hasyim Asy’ari Mudir Ma'had Aly Al-Tarmasi Pacitan KH Luqman Harits Dimyathi saat sowan dengan Alm KH Fahrudin Dasuki Ponorogo salah satu murid KH Hasyim Asy'ari. (FOTO: Faizin for TIMES Indonesia)

TIMES REMBANG, PACITAN – Mudir Ma'had Aly Al-Tarmasi sekaligus Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan, KH Luqman Alhakim Harits Dimyathi memiliki kisah unik karena telah menemukan Kembali wirid istighotsah langka karya pendiri NU KH Hasyim Asy’ari.

Wirid ini sempat menghilang dari lingkungan Pesantren Tebuireng Jombang. Kiai Luqman menceritakan, beberapa tahun lalu ia berkomunikasi intens dengan Gus Zaki Hadziq, cucu Hadratussyaikh yang kini mengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhuriyah.

Dari perbincangan itu, terungkap kabar bahwa teks istighotsah karya KH Hasyim Asy’ari sudah tidak lagi tersimpan di Tebuireng.

“Entah kenapa, di Tebuireng sendiri teks itu sudah tidak ada. Maka kami mencari tahu siapa santri yang mungkin masih menyimpan dan mengamalkannya,” kata Kiai Luqman, kepada TIMES Indonesia, Senin (15/18/2025) malam. 

Pencarian itu berujung pada kabar bahwa  masih ada seorang kiai sepuh di Ponorogo, Kiai Fahruddin Dasuki yang masih mengamalkan wirid tersebut. Tanpa menunda, Kiai Luqman bergegas mendatangi kediamannya.

Pertemuan berlangsung hangat selama hampir dua jam. Awalnya, Kiai Fahruddin bercerita tentang masa-masa nyantri di Tebuireng dan belajar kepada KH Kholiq Hasyim. Obrolan juga menyinggung sejarah pernikahan KH Harits Dimyathi, ayahanda Kiai Luqman, dengan Nyai Fathimah, putri Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.

Dengan penuh hormat, Kiai Luqman akhirnya mengutarakan tujuan kedatangannya: menanyakan keberadaan wirid istighotsah karya KH Hasyim Asy’ari.

Kiai Fahruddin kemudian membenarkan bahwa beliau pernah mendapat ijazah wirid itu langsung dari KH Kholiq Hasyim. “Istighotsah ini masih saya amalkan sampai sekarang,” ujar Kiai Luqman menirukan Kiai Fahruddin.

Mendengar jawaban tersebut, Kiai Luqman merasa seperti menemukan harta karun spiritual yang amat berharga. Kiai Fahruddin lalu mengambil secarik kertas berisi teks istighotsah tersebut. Ia menjelaskan, ijazah ini diterimanya dari KH Kholiq Hasyim, yang mendapatkannya langsung dari ayahnya, KH Hasyim Asy’ari.

Proses pemberian ijazah pun dimulai. Dengan lirih, Kiai Fahruddin menyampaikan pesan penting kepada Kiai Luqman. Lalu beliau membaca basmallah, shalawat, dan menelaah setiap bacaan istighotsah, memastikan urutan dan jumlahnya sesuai yang diajarkan gurunya.

Kiai Luqman menjawab mantap, “Qobiltu”, sebagai tanda menerima ijazah. “Dengan itu, sanad wirid dari Tebuireng nyambung kembali ke Tremas,” ungkap Kiai Luqman.

Beberapa bulan kemudian, Kiai Fahruddin wafat. Namun sebelum berpulang, beliau sempat mengijazahkan wirid tersebut kepada Gus Zaki Hadziq, mengembalikan amalan ini ke lingkungan dzurriyah Tebuireng.

Kini, wirid istighotsah KH Hasyim Asy’ari kembali diamalkan bersama-sama oleh para santri Tremas. “Kami membacanya setiap malam Selasa Kliwon, dan saya sendiri yang memimpin,” kata Kiai Luqman.

Menurutnya, amalan ini adalah warisan spiritual yang harus terus dilestarikan. “Seperti pesan Kiai Fahruddin, istighotsah ini untuk diamalkan, bukan disimpan. Semoga menjadi wasilah keberkahan bagi semua,” pungkasnya.

Bagi warga Nahdliyyin merupakan tradisi spiritual yang telah mengakar. Amalan ini kerap dibaca rutin, mulai dari setiap selapan sekali (35 hari), seminggu sekali, bahkan ada yang membacanya setiap hari, tergantung beratnya persoalan hidup yang dihadapi.

Bentuk dan jumlah bacaan istighotsah pun beragam. Seperti halnya dosis obat, beda dokter tentu beda ukurannya. Begitu juga istighotsah, ada wirid yang jumlah bacaannya berbeda tergantung guru yang memberi ijazah.

Adapun teks istighotsah karya KH Hasyim Asy’ari terdiri dari rangkaian bacaan Asmaul Husna, istighfar, dzikir tauhid, doa-doa permohonan, hingga salam kepada para wali Allah. Bacaan ini diyakini memiliki kekuatan doa yang besar jika diamalkan dengan istiqamah.

Berikut teks lengkapnya:

١ – أَسْمَاءُ الْحُسْنَى ١

٢ – أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ٣

٣- لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ ١١

٤- يَا اللهُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ١١

٥- بِسْمِ اللهِ بِعَوْنِ اللهِ، اللهُ يَا حَفِيْظُ ١١

٦- إِلَهَنَا يَا سَيِّدَنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ/ الظَّالِمِيْنَ/ الْمُنَافِقِيْنَ ١١

٧- يَا حَنَّانُ، يَا مَنَّانُ، يَا دَيَّانُ ٩

٨– السَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا رِجَالَ الْغَيْبِ، يَا أَيُّهَا الْأَرْوَاحُ الْمُقَدَّسَةُ، أَغِيْثُوْنِيْ بِالْغَوْثَةِ، وَانْظُرْنِيْ بِالنَّظَرَةِ، يَا رُقَبَاءُ، يَا  نُقَبَاءُ، يَا نُجَبَاءُ، يَا أَبْدَلُ 

 يَا أَوْتَادُ، يَا غَوْثُ، يَا قُطُبُ، أَغِيْثُوْنِيْ باِلْغَوْثَةِ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ٣ 

 ٩- يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، بَلِّغْ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ ٣ (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Rembang just now

Welcome to TIMES Rembang

TIMES Rembang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.